Semburan Lumpur Lapindo Membawa Bisnis Beromzet Puluhan Juta

Semburan Lumpur Lapindo Membawa Bisnis Beromzet Puluhan Juta
Dunia UKM Inspirasi Bisnis

Semburan Lumpur Lapindo Membawa Bisnis Beromzet Puluhan Juta – Semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur atau biasa disebut Lumpur Lapindo masih membekas di ingatan sebagian masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, semburan yang terjadi di tahun 2006 itu membuat banjir lumpur di sebagian wilayah Sidoarjo. Ribuan rumah terendam lumpur panas ini. Alhasil, banyak orang harus kehilangan rumahnya dan mengungsi ke tempat lain.

Lumpur Lapindo memang menjadi bencana. Namun, dari bencana itu muncul ide kreatif untuk membuat kerajinan berupa kalung, anting, hingga jam tangan beromzet puluhan juta rupiah. Adalah Dzai Dzul Zakaria founder sekaligus CEO luido.co yang memanfaatkan lumpur Lapindo menjadi kerajinan bernilai tinggi itu. Dzai bercerita, pembuatan kerajinan dari lumpur Lapindo ini merupakan tugas akhir bersama lima rekannya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jurusan Desain Produk Industri.

"Dulu awalnya dari proyek tugas akhir skripsi saya di kuliah, jadi awalnya eksperimen-eksperimen di workshop kampus, kira-kira akhir 2016. Begitu sudah lulus kami memutuskan untuk diseriusi karena respon dari luar sangat bagus," katanya kepada detikFinance, Jumat (1/2/2019).

Lumpur Lapindo menjadi sasaran tim Dzai karena merasa fenomena tersebut tidak biasa. Apalagi, dampak semburan masih terasa sampai sekarang ini. Sebagai mahasiswa, timnya mencoba melihat fenomena lumpur Lapindo dari sudut pandang lain yakni, bagaimana memanfaatkan lumpur sehingga menjadi produk bernilai dan diterima masyarakat. Kemudian, tercetuslah untuk memanfaatkan lumpur jadi produk fashion.

Rental Mobil Instagram Post

Menyulap lumpur menjadi produk fesyen butuh biaya yang tak sedikit. Untuk itu, Dzai mencari bantuan dana supaya bisa mengembangkan produk. Bantuan dana itu kemudian menjadi modal awal Dzai membangun luido.co.

"Jadi ketika skripsi itu dulu saya mengajukan dana ke Kemenristekdikti karena saya merasa untuk riset dan eksperimen butuh dana yang lumayan, tetapi setelah mendapat dana kita harus menjadikannya produk jadi yang layak jual. Nah dari situ awal mulanya bikin brand sendiri," kata dia.
"Modal awal waktu mengajukan dana itu Rp 11 juta," sambungnya.

Dzai bilang, awalnya ia hanya memproduksi kalung, gelang, dan anting. Produk pun kemudian berkembang menjadi jam hingga dekorasi rumah. Soal tahapan produksi, mulanya Dzai mengambil lumpur di lokasi. Pada tahap ini Dzai melibatkan warga untuk pengolahan awal.

Proses selanjutnya, material dibawa ke workshop yang berlokasi di Jalan Ngagel Timur 46-48 Surabaya. Di tempat kerja ini, material diolah dan dibentuk sesuai kebutuhan. Lalu, masuk ke proses penyelesaian atau finishing. Material-material kemudian dirakit sesuai kebutuhan dari jam tangan, jam meja, kalung, dan lain sebagainya.

"Untuk satu produk rata-rata 3 sampai 5 hari kerja, awal produksi itu kalung sama gelang, ada yang desain dari kita, ada yang custom bentuk. Yang paling susah ketika mencari formula yang paling optimal untuk membuat produknya kuat tapi juga punya estetika," terangnya.

Harga produk kerajinan yang dijual Dzai variatif. Untuk aksesoris antara Rp 90.000-120.000, tatakan gelas Rp 30.000, lampu meja Rp 190.000.

"Untuk awal-awal kita masih belum bisa dikatakan dapat omzet, mungkin hanya sekitar Rp 1 juta-an per bulannya, untuk sekarang omzet Rp 10-15 juta," ujarnya.

Produk Dzai kebanyakan masih dijual secara online melalui Instagram @luido.co. Serta, di Tokopedia dan qlapa.com dengan akun luido.co. Dzai berpesan, untuk memulai usaha terpenting ialah niat. Kemudian, banyak bergaul sesama dengan pengusaha untuk membuka jaringan.

"Terpenting itu perbanyak relasi atau bergaulnya ya di lingkungan entrepreneur biar nyambung dan saling support tentunya," tutupnya.

 

sumber:finance.detik.com

About Sasi RWD

UKM Riau - Portal Media Informasi, Info Peluang Usaha, Bisnis UKM Riau Dan Direktori UKM Pekanbaru Riau Berbasis MEA