Bisnis Riau, Jakarta – Tutut alias keong sawah selain untuk dikonsumsi juga bisa menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Sada Firdaus.
Dari bisnis tutut, Sada bisa mendapatkan omzet hingga Rp 18 juta per bulan. Sada bercerita bagaimana awal mula bisa berbisnis tutut yang telah dijalani sejak dua tahun lalu.
Dalam bisnis ini, Sada berperan sebagai distributor. Dia menjual keong sawah itu ke pedagang keliling, hingga ke rumah makan.
Pria yang bekerja selama 8 tahun sebagai Kepala Merchandiser Display (MD) di sebuah perusahaan ini mengambil risiko meninggalkan pekerjaannya dan berbisnis keong sawah.
“Saya lihat beberapa teman sekolah saya lebih sukses dari saya karena mereka usaha sendiri. Lalu saya tertarik mau usaha sendiri, akhirnya saya putuskan keluar kerja dan bisnis sendiri. Walaupun saya sudah punya keluarga, jadi sedikit banyak ambil risiko. Tapi kalau kita enggak berani mulai enggak akan bisa begini,” kata Sada saat dihubungi detikFinance, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, dia memilih bisnis keong sawah lantaran lokasi rumahnya di kawasan yang banyak tersebar keong sawah.
“Di tempat kami Tajur Halang, Bogor itu potensial karena banyak setu, banyak rawa. Awalnya saya sempat lihat teman juga, tapi dia pengembangannya kurang. Kalau saya kan paham internet, jadi saya jualan di internet. Ternyata banyak hubungi, pedagang-pedagang tutut sampai pedagang gerobak banyak yang hubungi,” katanya.
Degan pemasaran melalui internet tersebut, Sada lalu menjual tututnya dengan hitungan per kilogram. Per kilo tutut mentah miliknya dijual dengan harga kisaran Rp 8.500-9.000 untuk yang telah dipotong.
“Per kilo, kalau yang sudah dipotong itu Rp 8.500- Rp 9.000, kalau saya kan distributor. Di pasar Rp 12.000-an yang saya tahu kalau mau beli kiloan yang sudah dipotong cangkang. Kalau yang belum dipotong saya jual Rp 6.500,” katanya.
Dari situ, Sada mengaku dapat menjual tutut sebanyak 1,2 hingga 2 ton per bulannya. Dari bisnisnya itu, dia mengaku bisa membiayai keluarganya lebih sejahtera dibanding sebagai pekerja.
“Awalnya juga saya sulit untuk jalanin bisnis, saya merasa titik nol dulu. Tapi sekarang alhamdulillah bisa mencukupi hidup,” jelasnya.
Lebih lanjut dia bercerita, memulai bisnis tutut tak memerlukan modal yang besar. Hanya dengan dengan uang Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta, bisnis sudah bisa dimulai. Modal itu untuk memberi perlengkapan menangkap tutup hingga memberi upah kepada warga yang membantu menangkap.
“Kalau tutut itu enggak besar, paling 500 ribu sampai Rp 1 juta. Karena kita hanya butuh pencari di setu, lalu kembangin lagi untuk beli serokan, dan keberanian untuk turun ke sawah. Saya juga cari sendiri awalnya di sawah-sawah,” jelasnya.
Walau begitu, bisnis yang dijalani Sada bukan tanpa kendala. Menurutnya kendala utama tutut adalah masalah cuaca. Di musim hujan, air di sawah maupun setu akan meluap dan menyulitkan dalam mencari tutut.
Namun, bagi Sada situasi seperti itu merupakan tantangan yang harus dia hadapi sebagai pengusaha. Intinya, kata Sada, bisnis keong sawah atau lainnya ialah harus memiliki niat yang kuat dan pantang menyerah.
“Yang penting berani memulai dan memiliki niat yang baik, selain itu harus juga dibarengi dengan usaha yang keras. Pasti ada jalannya,” pungkasnya.
Sumber : detik.com